I got surprise on my flight this afternoon.
Siang ini Bandara Juanda Sidoarjo ramai (wajar yak kan mau
long weekend), sebenernya saya nggak masalah sih selain masalah counter costumer service Citi*ink yang
juga tutup. Oh God kode booking juga cuma inget di kepala aja, niatnya
mau print out itinerary di counter tapi takdir berkata lain, mau online buka
email juga si hepong lagi ga paketan jadi, pusing lah Barbie.Gimana caranya
bisa meyakinkan petugas kalo emang saya punya jadwal penerbangan hari ini ? @.@
Dan kadang become sessional alayer may be worth. Inget kalo
pernah becandaan dengan seorang teman tentang perjalanan kali ini dengan memotret
salinan itinerary di email, maka si file JPEG kali ini jadi penyelamat. Di Gate
tunggu ternyata hawanya sudah kayak Beringharjo aja. Saya lebih memilih melanjutkan membaca Quite nya Susan Cain
daripada ikut nunggu di dalam ruangan. Dari luar aja sudah keliatan rame, ada yang
berlibur sekeluarga, ada yang berseragam batik (keknya rombongan umroh deh),
lebih banyak lagi pak-bapak, buk-ibuk para white-collar yang sliweran.
Singkatnya setelah beberapa rute penerbangan diterbangkan
baru deh saya masuk ruangan. Pas di bagian checking Boarding Pass, saya lihat
beberapa politisi senior (oh iya kan baru aja selesai konvensi partainya Pak Beye di
Surabaya, pantesan rame). Setelah masuk ruangan lanjut deh baca lagi, hehehhe.
Saking asyiknya, saya baru sadar panggilan boarding untuk
tujuan saya sudah di woro-woro. Alhasil saya pun boarding ketika panggilan
terakhir menggema (aduh bisa berabe ini kalo telat masuknya lama dan
dipelototin orang se pesawat, belum lagi seat saya palling belakang, Maka,
kecepatan ditingkatkan dan NOS pun diaktifkan. Sebelum masuk boarding, eits koran gratisan nya diambil dulu. Lumayan kan ya :D)
Diatas awan bosen banget rasanya, kalau naik bus apa kereta
seharian keknya BT nya ga segini amat deh. Padahal kan ini saya naik moda
transportasi dengan standar keselamatan terbaik dibanding yang lain (apa
hubungannya coba). Lak bolak balik majalah selesai, katalog jualan product juga
sudah khatam, baca flyer doa dan kartu instruksi keselamatn pesawat juga sudah
overlap. Saya pun teringat dengan koran tadi. Ini namanya *aha versi saya,
wakakakkak…
Lik bolik bolak koran, di halaman 13 saya terbelalak. APAH !!
saya masuk koran pemirsa. Koran Surya, Tribun Jatim Kamis 14 Mei 2014. Yaampun
ternyata ini alasannya kemarin di grup FIM Heroes 17 si Adik manis Tisa minta
komen kita-kita. Saya komennya sih nyontek segaris
kalimat Bunda Tatty yang ditulis di "Surat Cinta #FIM 17 Selamat Datang Keluarga Baruku. Yaampun ternyata itu artikel untuk dimasukkan koran. Selain itu saya kemaren
juga rekomen status facebooknya mas Nurul Islamy (hai mas, salam kenal :D,
gegara saya mas masuk koran lho. Traktir dulu napa ?) untuk dimasukkan jadi bahan artikel.
Saya pun makin bangga dengan para delegasi Heroes FIM
17.
Kenalan ya atu-atu.
1. Khoirunnisa, yang tulisannya sangat menyentuh selepas sesi Bunda Elly Risman.
2. Yogi, sang ganteng ITS yang jadi ketua fasil 12 sekaligus memerankan pak Karno di API 4.
3. Eqin, jagoan matematika yang suksess menjawab tantangan soal 5! (lima faktorial).
4. Iin, yang menyentuh Bunda Tatty dengan “Bung Hatta adalah buku yang tak pernah tamat dibaca”.
5. Rangga, sang sutradara API terkece.
6. Rizal, extrovert yang sudah keliling dunia yang nangis di depan "kelas" pasca Forum Kebangsaan.
7. Pebri sang pejabat tinggi ITS, pemeran Pak Hatta di kelompok pemenang API ekspresi.
8. Zul, yang gigih dan kreatif berjuang agar dipilih moderator untuk bertanya saat pelatihan, dan tentu
9. Tisa sang creator tulisan koran ini.
Saya bangga bahwa pembuktian aksi kita tidak hanya saat pelatihan namun juga dibuktikan pasca 5 hari yang bahagia di Cibubur itu.
Kenalan ya atu-atu.
1. Khoirunnisa, yang tulisannya sangat menyentuh selepas sesi Bunda Elly Risman.
2. Yogi, sang ganteng ITS yang jadi ketua fasil 12 sekaligus memerankan pak Karno di API 4.
3. Eqin, jagoan matematika yang suksess menjawab tantangan soal 5! (lima faktorial).
4. Iin, yang menyentuh Bunda Tatty dengan “Bung Hatta adalah buku yang tak pernah tamat dibaca”.
5. Rangga, sang sutradara API terkece.
6. Rizal, extrovert yang sudah keliling dunia yang nangis di depan "kelas" pasca Forum Kebangsaan.
7. Pebri sang pejabat tinggi ITS, pemeran Pak Hatta di kelompok pemenang API ekspresi.
8. Zul, yang gigih dan kreatif berjuang agar dipilih moderator untuk bertanya saat pelatihan, dan tentu
9. Tisa sang creator tulisan koran ini.
Saya bangga bahwa pembuktian aksi kita tidak hanya saat pelatihan namun juga dibuktikan pasca 5 hari yang bahagia di Cibubur itu.
0 comments:
Post a Comment