Pagi yang kurang begitu segar setelah 3 jam tidurku. Sikat
gigi dulu dong lalu ambil beberes halaman depan. Kegiatan yang aku sukai karena
bisa maenan aer, matahari belum menyengat dan belum banyak orang lalu lalang.
Pagi ini adalah pagi yang istimewa karena Cing, gadis kecil kesayanganku, hari
ini akan ikut karnaval desa.
Emak, ibundaku, sibuk menyiapkan asahan, kotakan nasi dan
pelengkapnya, untuk dibawa ke karnaval sembari Cing berdandan dengan Mbak, mamanya
Cing. Karnaval hari ini merupakan karnaval desa dalam rangka memperingati tahun baru
islam 1 muharam 1436 Hijriah. Ya…ini sebuah agenda yang asing bagiku, di kota
Palembang dimana aku dibesarkan kebersamaan semacam ini sudahlah langka.
Jam menunjukkan pukul 6 dan cing sudah siap dengan bibiran
dan baju orange nya sebagai salah satu peserta karnaval. Di sisi lain emak juga
sudah siap dengan kreasi masakan maknyusnya yang sudah mulai diracik sejak semalam.
Bersama Onah, my lovely ride, aku, Cing dan Emak berangkat
ke titik keberangkatan karnaval. Suasana sungguh ramai, kendaraan yang akan
memuat peserta karnaval sudah berjejer rapi lengkap dengan warnaan dekorasi dan
sound system lagu dangdut jawa timuran yang khas. Cing segera bergabung dengan
salah satu mobil yang memuat kelompok anak-anak dan Emak menyerahkan 3 bungkus
asahan ke pos ibu-ibu.
Kebersamaan yang ada di desa pengabdian ini kontras dengan apa
yang ada di kota. Warga antusias dan berpartisipasi aktif dengan kegiatan ini.
Masyarakat dari berbagai unsur sengaja menyempatkan waktu untuk berdandan dan
mendandani kendaraan karnaval. Mulai dari bapak-ibu muslimat dengan seragamnya,
Cing dan kelompok anak-anak, pemuda dengan dandanan rock n roll, pengantin
dengan bridalnya, pengawal ala lakon Mahabarata, hingga lakon-lakon setan yang menghibur. Tak
lupa pelengkap seperti gunungan hasil bumi dan tumpeng jumbo dengan slogan sing
penting wareg bro ikut masuk diarak dalam karnaval. Disamping semua itu aku
tertarik dengan lakon ibu yang diperankan para pria dewasa berotot. Mereka
memakai daster dengan sumpelan, yang entah apa, di beberapa bagian untuk
menonjolkan ciri kewanitaan. Lakon-lakon ini adalah lakon yang paling menghibur
ditambah tingkah polah lenggak lenggok khas perempuan yang membuat warga
tertawa.
Setelah semua siap jam 7 kontingen karnaval dusun
diberangkatkan ke balai desa untuk bergabung dengan dusun lain di rute
karnaval. Menarik melihat antusias masyarakat akan kegiatan ini dan ini adalah
bukti dari keragaman adat dan budaya di Indonesia yang tidak akan aku temui
jika tidak dulu kuterima hasil seleksi pemuda pengabdi desa ini.
Dusun Sukoanyar Desa Wonorejo, Kecamatan Trowulan, Kabupaten
Mojokerto Jawa Timur
26 Oktober 2014 23.18 WIB.
-SHanafi-
mbae ndak sisan ikut karnaval ?
ReplyDelete