Okay, next destination is air terjun, entah apa namanya, Air terjun ini
terlentak di dalam hutan dan merupakan bagian dari aliran Sungai Are, anak dari
sungai Batanghari Sembilan. Arus sungai in deras sekali hingga bisa
dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik. Desa Simpang Luas memang belum
terjangkau PLN, sehingga sungai memiliki peranan penting dalam urusan
perlistrikan. Beberapa rumah disini bersepakat untuk dialiari oleh satu turbin.
Biaya pembuatan turbin ditanggung kelompok rumah-rumah tadi. Karena listrik
bergantung pada aliran air sungai, maka daya listrik pun menyesuaikan kuat
emahnya arus air. Nyala redup ketika air surut maupun bersiap melepas semua
perangkat elektronik saat hujan deras sudah menjadi rutinitas Elvin.
Rumah kreatif members |
“Pernah kar, pas ujan, aku ketedok’an, pecah galo lampu rumah”, cerita kak
Elvin. “Wong dusun jugo dak pernah awet punyo barang elektronik, hape aku bae
berapo kali jebol gawe listrik ini”.
Karena derasnya aliran air terjun, disini sudah dibuat turbin yang besar
untuk mengaliri fasilitas umum di desa.
Seperti tipikal daerah air terjun lainnya, kita disuguhkan deretan anak
tangga yang baaaaanyak sebagai jalan turun menuju air terjun. Fuih… tentunya
untuk makhluk tuhan berbodi “lebar” seperti saya, ngos ngosan sudah pasti terjadi. Belum lagi
Wego yang berkali-kali meledek dengan Bahasa kebangsaan yang saya tidak
mengerti artinya (baca: Bahasa dusun). Intinya dia bilang "makanya mbak jangan
gendut-gendut biar enteng kalau jalan", zonk banget kan ya !!
Mejeng dulu dong |
dan inilah tangga pembakar lemk itu |
Dibalik jumlah banyaknya yang nyebelin dan nyapein, anak-anak tangga ini
akhirnya mengakrabkan kami. Saya yag masih terkendala Bahasa dengan member
rumah kreatif akhirnya pecah dalam canda ketika masing-masing kami menghitung
jumlah anak tangga yang tentu saja tiap orang hasilnya berbeda. Hahahhah…
0 comments:
Post a Comment