Edi Tonsil vs Interpol CIng

Hati-hati jika berjanji, janji itu hutang dan hutang HARUS dibayar bukanlah semata isapan jempol semata, namun aku sudah mengalaminya.

Berawal dari sebuah guyonan kecil dengan Cing, adik kecil tapi besarr kesayanganku, untuk mengajaknya melihat kemeriahan peringatan acara suro, akupun seolah menjadi first DPO di list Cing. Bak seorang Edi Tonsil aku yang dikejar oleh Interpol Cing untuk melunasi hutangku mengajaknya ndelok Suro. Padahal Suro itu  sendiri adalah suatu hal yang aku yakin belum ia pahami benar. Yang ia tahu berdasarkan penjelasan ayahnya, bahwa suro adalah nama dari sejenis spesies ikan dalam bahasa jawa. Maka bangunan ikon kota Surabaya berbentuk ikan (hiu) dan buaya sebab Surabaya itu gabungan dari Sura= hiu dan Baya= buaya.

Pagi itu emak seperti biasa dengan penuh perhatian melihat kondisi batukku sambil bercerita ringan.
Emak   : Kak, Cing lho isuk sebelum berangkat sekolah pesen kak
Cing    : buk kapan se kakak nyekel Suro?
Emak   : yo, ibu ga eruh nak.
Cing  : engkok sampean takokno nggih kapan kakak kapan nyekel suro ne ?

         Siangnya, belum juga masuk rumahnya, masih dengan memanggul tas punggung hello kitty lengkap dengan sepatu terpasang langsung berteriak mencariku. Kakak…kakak… Kapan sampean nyekel surone kak ?. Yaelah  segitu penasarannya ni bocah, sampai aku di belakang rumah kaget. Takut menjanjikan lebih jauh, Aku menjawab, sik ya kakak tak takon riyin kapan suronan e. Cing pun berlalu walau aku yakin belum puas dengan jawabanku. Pertanyaan tentang suro berlanjut ketika makan siang. Kak kapan se sampean nyekel suro ? aku pun balik bertanya ke Cing. Suro iku opo se? Boten semerap kak. Jare ayah suro iku iwak, tapi jare uwong uwong enek suronan rame nduk Trowulan, aku arep melok nek kakak nyekel suro.  Seperti yang akika duga kan boo doski ga begitu ngeh suronan itu apa. Lalu aku mencoba menjelaskan bahwa suro itu sebutan orang jawa untuk bulan Muharram dan kebetulan namanya sama dengan sebutan orang jawa untuk ikan hiu. Ooo cing merespon.

Bagiku, salah jika kita menjelaskan anak kecil bukan dengan keadaan sebenarnya hanya sekedar untuk membuatnya puas. Berikanlah mereka penjelasan faktual namun dengan bahasa yang sederhana karena “membohongi” mereka sadar atau tidak akan berdampak besar dalam tahap perkembangan psikologis mereka selanjutnya. Jawabanku siang itu cukup memuaskan Cing, namun penasarannya untuk diajak ke acara suro tidaklah luntur sebelum aku mengajaknya melihat langsung apa yang terjadi di trowulan.
Malamnya ketika aku akan berangkat ke mengajar, Interpol Cing muncul lagi “kak, pean kate ne nduk trowulan nyekel suro, kulo melok nggih ?”. Aku menjawab, Kakak cuma lewat sayang, boten mampir trowulan. Kemudian gurat kecewa muncul di pipi tembem gadis kecil ini. Tak tega melihatnya bersedih, aku pun menjanjikan akan membelikannya susu strawberry sepulang dari balai desa.
      
      Interpol Cing pagi harinya tiba-tiba menangis setelah membuka lemari pendingin di dapur karena tak didapatinya susu yang ku janjikan. Berita ini kudapat setelah ia berangkat sekolah, hedeh punya janji sama makhluk tuhan yang katanya masih polos ini memang berat yah gaes. Aku tak lupa membelikannya susu, hanya lupa meletakkan di lemari pendingin. Ketika aku pulang semalam Interpol Cing sudah tidur jadi lupa deh susu masih utuh ada di dalam tas.

Siang harinya, oh mai gat berkali-kali sang Interpol menanyaiku jam pinten kak budal e ? . Pulang sekolah, ambil se-entong nasi, makan siang suapan ke 7 sampai cuci piring pertanyaan jam pinten budal e terus diluncurkan bahkan kalau di kalkulasi sebanyak misil Israel ke Gaza kali ya, hahahha. Akhirnya, ketika kami sepakat untuk saling bersiap-siap pun dengan secepat kilat Interpol cing sudah siap dengan jaket merah, bando bertuliskan namanya dan tak lupa kacamata kebanggaan, sedangkan aku baru mengambil handuk untuk mandi, hedehhh…

        Pukul 13.30 kami berangkat namun tersangka Edi Tonsil meminta ijin terlebih dahulu ke Interpol Cing untuk mampir ke toko alat tulis sebelum ke acara suro. I am such a suck victim.. ahhahahha. Dan walaupun sajen penggaris princess jadi tambahan gratifikasi tetap saja pertanyaan tentang suro tak henti mengalun.  Setelah selesai dari toko alat tulis sampailah kami ke pendopo agung Trowulan, dan wajah Interpol tidak menunjukkan kegembiraan. Disana terpampang sederet gamelan dan set wayang lengkap dengan sinden-sinden namun keramaian itu tidak cukup memuaskan sang Interpol. Kok ga ana uwong kak ? Suro ne nduk ndi ? lalallala yeyeyeya #pingsan … Aku pun menjelaskan bahwa ada banyak kegiatan dalam memperingati masuknya bulan suro salah satunya yang sekarang ini Pagelaran wayang. Jarene akeh ana karak-karak’an kak ?, tanya Cing polos. Oalah, akhirnya aku mengerti yang ingin ia lihat adalah deretan peserta karnaval dan acara terjadwal keesokan hari. Setelah mendapat penjelasan sang Interpol pun sedikit puas dan minta dibelikan pentol.



Belum selesai sampai disini, Interpol Cing masih ingin jalan-jalan maka aku tawarkan beberapa tempat dan dipilihlah candi Tikus sebagai destinasi kami selanjutnya. Curiosity anak-anak memang besar dan menandakan bahwa ia adalah anak yang cerdas. Kak, jare candi tikus kok ga enek tikus e, nduk ndi kak tikus e ?. Untungnya aku sudah membaca pamflet di pintu masuk dan bisa menjawab kenapa tidak ada tikus di situ. Sang Interpol mulai menikmati jalan-jalan dengan extra gratifikasi es krim di akhir perjalanan kami.



Tunai sudah janji pramuka, eh janji ke acara suro yang artinya aku tak akan dikejar-kejar lagi di rumah. Yeiy… Pengalamanku dengan gadis kecil ini memberikan pelajaran bahwa semua yang berani kita ucapkan haruslah dipertanggngjawabkan. Entah sadar atau tidak Cing mengajarkanku banyak hal tentang menjadi seorang yang konsisten mengantarkan janjiku hingga objeknya merasakan keterpenuhan janjiku. Bukan hanya membelikan susu tapi juga seharusnya aku membayarnya dengan meletakkan susu di lemari pendingin. Jika mereka disana, di Balai Kota, di Kabupatenan bahkan di Senayan meneladani bahwa banyak kami dari rakyat yang menangis karena susu yang dijanjikan hanya dibelikan namun tidak sampai utuh di tangan, maka KPK sepertinya perlu dibubarkan. Hahaha… dan pada akhirnya “Edi Tonsil” tertangkap, melunasi hutangnya dan bisa selfie bareng Interpol Cing.




0 comments:

Post a Comment

 

Flickr Photostream

Twitter Updates

Meet The Author

Hy, my name is Sekar Hanafi. A dynamic girl who really wants to explore many interesting things. Every time I try to do epokhe and this makes me curious about many things. As Lau-zhu said "a journey of a thousand miles must begin with single step", glad to me to share something less as the part of my long journey. Let's share and Carpe Diem ^.^