Dear Bapak,
Bapak koperasi, Bapak Proklamasi, Bapak bangsa, BapakkuAnanda hanyalah seorang pemuda hijau yang menitih jalan menuju ke’berada’an. Keberadaan berfikir, berlaku dan berbakti kepada tanah air ini, Indonesia. Tahun ini, 70 tahun sudah negara yang engkau bangun dengan susah payah itu berdiri. Usia balita memang dibandingkan dengan angka 239 saat Thomas Jefferson mendeklarasikan akta kemerdekaan Amerika atau angka 147 setelah gebrakan restorasi Meiji. Di usia yang belia, di negara yang juga belia ini, perkenankan Ananda untuk bercerita tentang tanah yang engkau bangun, pak.
Pak, di usia 70 tahun, sejak 2014 Indonesia sudah punya presiden ke tujuh. Ananda bangga, sebab tahun itu memperlihatkan bahwa bangsa ini sudah cukup dewasa untuk bisa berdemokrasi walaupun keputusan akhir pemilihan presiden harus diputus palunya Pak Hamdan Zoelva. Namun, semua berjalan damai. Tidak ada lagi Elang Mulya Lesmana, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie yang harus meregang untuk negara ini.
Namun, Pak. Kebanggaan Ananda masih terselimut dengan berbagai resah dan prihatin. Ananda sedih melihat usaha meretas kemacetan Jakarta dinodai oleh berbagai polemik. Mulai dari dugaan korupsi pengadaan bus hingga kejadian tak pantas oleh mereka yang berseragam Rastra Sewakottama terhadap pengemudi bus jalur khusus itu. Di bidang Olahraga, Bapak pasti tahu, Indonesia pernah merumput di Piala dunia saat masih terjajah oleh bangsa dimana bapak menempuh pendidikan tinggi itu (dulu). Kebanggaan yang teramat sangat saat East Indies menjadi negara Asia pertama di ajang bergengsi Piala Dunia, delapan tahun setelah perhelatan perdananya tahun 1930. Kini, pengadaan wisma atlet dan komplek olahraga yang seyogyanya menjadi fasilitas pembinaan prestasi bangsa, sudah geger dengan berbagai slimar slimur dana. Bagaimana Indonesia bisa punya taji , kalau pembangunan olaharaganya saja sudah diniati mbati. Mereka yang diduga dan didakwa nylimurke duit itu mereka yang berpendidikan, Pak. Mantan Puteri Indonesia hingga Menteri yang bergelar doktor dari negri Paman Sam. Jika sekarang mereka yang Ananda pandang prestasinya cemerlang terbukti menghianati bangsa ini, lalu siapa lagi yang menjadi role model nyata Ananda sekarang.
Tahun 1998, delapan belas tahun setelah Bapak mangkat, saudara-saudara etnis Tionghoa dengan brutal diburu. Kios dagangnya dijarah, rumahnya dibakar hingga mereka tak berani berkeliaran, itu adalah masa jahiliyah negeri ini yang nyata Ananda rasakan. Tapi sekarang Bapak patut berbangga. Saudara yang dulu dianggap minoritas, sekarang telah diperjuangkan kesetaraannya oleh Presiden ke-empat Indonesia, sang bapak Pluralisme. Malahan, melalui pemilihan langsung, sekarang memimpin ibukota negara.
Dua hari setelah perayaan hari kebangkitan nasional tahun 2014, Ananda kembali mengelus dada Pak. Menteri Agama di Republik dengan jumlah muslim terbesar di dunia ini ditetapkan sebagai tersangka oleh lembaga anti rasuah, KPK. Bapak menteri yang terhormat terindikasi kasus dana penyelenggaraan haji tahun 2012-2013. Di tahun yang sama Pak, ditemukan penyelewengan keuangan negara dalam pengadaan Al-Qur’an dengan taksiran kerugian negara hingga 27 miliar. Jika memang dosa korupsi memiliki peringkat, Ananda rasa penyelewangan seperti ini berada di peringkat satu. Bagaimana tidak, dana-dana yang erat dengan urusan ketuhanan masih juga diselewengkan. Jika untuk urusan ibadah saja masih ada penghianatan, bagaimana jika berurusan dengan masyarakat, apakah ada jaminan kami tak dihianati? Wallahua’lam
Indonesia sekarang sudah punya KPK, Komisi Pemberantasan Korupsi, Pak. Ananda sebagai rakyat menitipkan harapan yang tinggi agar segala macam tindak pidana korupsi dapat ditindak demi bangsa Ini. Sungguh sayang Pak, KPK sebagai salah satu lembaga penegak hukum mengalami banyak sandungan. Mulai dari kasus pembunuhan direktur PT Putra Rajawali Banjaran yang bermotif cinta segitiga dengan seorang Paddy Golf, personifikasi Cicak melawan Buaya yang meruak, hingga yang ramai baru-baru ini penetapan tersangka calon tunggal kapolri. Prihatin, di semua kasus KPK terkesan kalah. Di kasus pembunuhan, sang ketua diruji, di kasus sang calon kapolri, KPK kalah dalam putusan pra peradilan. Buaya nampak kental ingin memberi pelajaran kepada Cicak agar tidak sembarangan menetapkan pejabat negara sebagai tersangka Tipikor. Tahun 2014 Transparency International merangking Indonesia di posisi 107 dari 177 negara terkorup degan skor 34 dalam skala 0-100. Miris!Lalu, dengan pemahaman hukum yang awam ini Pak, Ananda berfikir, jika KPK perlu permisi menjadikan pejabat negara sebagai tersangka lalu kapan Indonesia lepas dari rapor merah korupsi? Mungkin Indonesia bebas korupsi saat ada lelaki bisa hamil sendiri. Andaikan slimuran uang negara itu digunakan untuk menyumbang balita balita di Jateng, Jatim, NTT dan Gorontalo yang dalam termin 2005-2009 tak pernah absen sebagai provinsi dengan prevalensi Kwashiorkor terbesar, atau untuk membangun geliat pendidikan di daerah rural dan remote, Ananda yakin bahwa Indonesia akan lebih bergizi dan bermartabat.
Rupiah, Pak. Mata uang kita sekarang nilai tukarnya terhadap dollar US sudah 13.000 dan terus bergerak ke angka 16.000. Dulu ketika fenomena serupa terjadi di tahun 1998 dampaknya sudah carut marut . Belum lagi fluktuasi yang berasa main Roller Coaster di Dufan akan harga BBM. Sekarang entah rasa apa yang seharusnya Ananda utarakan, bangga karena stabilitas keamanan tetap tenang, atau harus kembali mengelus dada atas kesengsaraan ekonomi yang masyarakat dan Ananda sendiri alami. Terlebih lagi, sebagai pemuda yang punya mimpi besar, standar biaya sertifikasi internasional, misalnya TOEFL, IELTS, GRE atau GMAT dibandrol dengan standar USD. Jika $195 dikonversi dengan nilai tukar rupiah sekarang, Ananda ingin berkeluh “Mahal” Pak.
Indonesia masih sepert dahulu Pak, tersebar dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote namun dengan berbagai perubahan. Provinsi Indonesia sudah mekar sampai 34 namun, tanpa Sipadan dan Ligitan yang sudah jadi milik Malaysia. Tidak hanya pulau, Angklung, Reog, Tari Pendet, lagu Rasa Sayange dan Batik diklaim Malaysia sebagai warisan budayanya.
Andai Bapak disini, Ananda ingin berkeluh dengan situasi tanah air ini. Ananda ingin Bapak mendudukkan konsep Koperasi pada tempatnya bukan Koperasi yang sekarang terkesan menjadi ladang gali tutup lobang . Ananda ingin Bapak memberi teladan pada para pejabat dan penyelenggara negara bagaimana cara hidup sederhana dengan tetap bahagia. Ananda ingin bapak ada untuk meneladani bagaiman mengkritik dengan tak berdendam, tak buruk membalas demi Indonesia. Indonesia tanah air beta.
Salam Rindu Ananda,
Sekar Hanafi
Pak, di usia 70 tahun, sejak 2014 Indonesia sudah punya presiden ke tujuh. Ananda bangga, sebab tahun itu memperlihatkan bahwa bangsa ini sudah cukup dewasa untuk bisa berdemokrasi walaupun keputusan akhir pemilihan presiden harus diputus palunya Pak Hamdan Zoelva. Namun, semua berjalan damai. Tidak ada lagi Elang Mulya Lesmana, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie yang harus meregang untuk negara ini.
Namun, Pak. Kebanggaan Ananda masih terselimut dengan berbagai resah dan prihatin. Ananda sedih melihat usaha meretas kemacetan Jakarta dinodai oleh berbagai polemik. Mulai dari dugaan korupsi pengadaan bus hingga kejadian tak pantas oleh mereka yang berseragam Rastra Sewakottama terhadap pengemudi bus jalur khusus itu. Di bidang Olahraga, Bapak pasti tahu, Indonesia pernah merumput di Piala dunia saat masih terjajah oleh bangsa dimana bapak menempuh pendidikan tinggi itu (dulu). Kebanggaan yang teramat sangat saat East Indies menjadi negara Asia pertama di ajang bergengsi Piala Dunia, delapan tahun setelah perhelatan perdananya tahun 1930. Kini, pengadaan wisma atlet dan komplek olahraga yang seyogyanya menjadi fasilitas pembinaan prestasi bangsa, sudah geger dengan berbagai slimar slimur dana. Bagaimana Indonesia bisa punya taji , kalau pembangunan olaharaganya saja sudah diniati mbati. Mereka yang diduga dan didakwa nylimurke duit itu mereka yang berpendidikan, Pak. Mantan Puteri Indonesia hingga Menteri yang bergelar doktor dari negri Paman Sam. Jika sekarang mereka yang Ananda pandang prestasinya cemerlang terbukti menghianati bangsa ini, lalu siapa lagi yang menjadi role model nyata Ananda sekarang.
Tahun 1998, delapan belas tahun setelah Bapak mangkat, saudara-saudara etnis Tionghoa dengan brutal diburu. Kios dagangnya dijarah, rumahnya dibakar hingga mereka tak berani berkeliaran, itu adalah masa jahiliyah negeri ini yang nyata Ananda rasakan. Tapi sekarang Bapak patut berbangga. Saudara yang dulu dianggap minoritas, sekarang telah diperjuangkan kesetaraannya oleh Presiden ke-empat Indonesia, sang bapak Pluralisme. Malahan, melalui pemilihan langsung, sekarang memimpin ibukota negara.
Dua hari setelah perayaan hari kebangkitan nasional tahun 2014, Ananda kembali mengelus dada Pak. Menteri Agama di Republik dengan jumlah muslim terbesar di dunia ini ditetapkan sebagai tersangka oleh lembaga anti rasuah, KPK. Bapak menteri yang terhormat terindikasi kasus dana penyelenggaraan haji tahun 2012-2013. Di tahun yang sama Pak, ditemukan penyelewengan keuangan negara dalam pengadaan Al-Qur’an dengan taksiran kerugian negara hingga 27 miliar. Jika memang dosa korupsi memiliki peringkat, Ananda rasa penyelewangan seperti ini berada di peringkat satu. Bagaimana tidak, dana-dana yang erat dengan urusan ketuhanan masih juga diselewengkan. Jika untuk urusan ibadah saja masih ada penghianatan, bagaimana jika berurusan dengan masyarakat, apakah ada jaminan kami tak dihianati? Wallahua’lam
Indonesia sekarang sudah punya KPK, Komisi Pemberantasan Korupsi, Pak. Ananda sebagai rakyat menitipkan harapan yang tinggi agar segala macam tindak pidana korupsi dapat ditindak demi bangsa Ini. Sungguh sayang Pak, KPK sebagai salah satu lembaga penegak hukum mengalami banyak sandungan. Mulai dari kasus pembunuhan direktur PT Putra Rajawali Banjaran yang bermotif cinta segitiga dengan seorang Paddy Golf, personifikasi Cicak melawan Buaya yang meruak, hingga yang ramai baru-baru ini penetapan tersangka calon tunggal kapolri. Prihatin, di semua kasus KPK terkesan kalah. Di kasus pembunuhan, sang ketua diruji, di kasus sang calon kapolri, KPK kalah dalam putusan pra peradilan. Buaya nampak kental ingin memberi pelajaran kepada Cicak agar tidak sembarangan menetapkan pejabat negara sebagai tersangka Tipikor. Tahun 2014 Transparency International merangking Indonesia di posisi 107 dari 177 negara terkorup degan skor 34 dalam skala 0-100. Miris!Lalu, dengan pemahaman hukum yang awam ini Pak, Ananda berfikir, jika KPK perlu permisi menjadikan pejabat negara sebagai tersangka lalu kapan Indonesia lepas dari rapor merah korupsi? Mungkin Indonesia bebas korupsi saat ada lelaki bisa hamil sendiri. Andaikan slimuran uang negara itu digunakan untuk menyumbang balita balita di Jateng, Jatim, NTT dan Gorontalo yang dalam termin 2005-2009 tak pernah absen sebagai provinsi dengan prevalensi Kwashiorkor terbesar, atau untuk membangun geliat pendidikan di daerah rural dan remote, Ananda yakin bahwa Indonesia akan lebih bergizi dan bermartabat.
Rupiah, Pak. Mata uang kita sekarang nilai tukarnya terhadap dollar US sudah 13.000 dan terus bergerak ke angka 16.000. Dulu ketika fenomena serupa terjadi di tahun 1998 dampaknya sudah carut marut . Belum lagi fluktuasi yang berasa main Roller Coaster di Dufan akan harga BBM. Sekarang entah rasa apa yang seharusnya Ananda utarakan, bangga karena stabilitas keamanan tetap tenang, atau harus kembali mengelus dada atas kesengsaraan ekonomi yang masyarakat dan Ananda sendiri alami. Terlebih lagi, sebagai pemuda yang punya mimpi besar, standar biaya sertifikasi internasional, misalnya TOEFL, IELTS, GRE atau GMAT dibandrol dengan standar USD. Jika $195 dikonversi dengan nilai tukar rupiah sekarang, Ananda ingin berkeluh “Mahal” Pak.
Indonesia masih sepert dahulu Pak, tersebar dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote namun dengan berbagai perubahan. Provinsi Indonesia sudah mekar sampai 34 namun, tanpa Sipadan dan Ligitan yang sudah jadi milik Malaysia. Tidak hanya pulau, Angklung, Reog, Tari Pendet, lagu Rasa Sayange dan Batik diklaim Malaysia sebagai warisan budayanya.
Andai Bapak disini, Ananda ingin berkeluh dengan situasi tanah air ini. Ananda ingin Bapak mendudukkan konsep Koperasi pada tempatnya bukan Koperasi yang sekarang terkesan menjadi ladang gali tutup lobang . Ananda ingin Bapak memberi teladan pada para pejabat dan penyelenggara negara bagaimana cara hidup sederhana dengan tetap bahagia. Ananda ingin bapak ada untuk meneladani bagaiman mengkritik dengan tak berdendam, tak buruk membalas demi Indonesia. Indonesia tanah air beta.
Salam Rindu Ananda,
Sekar Hanafi
NB
Geger : Suasana yang kacau
Slimar Slimur : Sengaja mengecoh dengan licik
Taji: Senjata di kaki Ayam jantan saat adu sambung, melambangkan kekuatan dalam suatu pertarungan
Mbati : Mengambil keuntungan
Nylimurke Duit : Menyembunyikan uang
Waulahhua’lam : Hanya tuhan yang tahu
Cicak : Personifikasi untuk menyatakan KPK, pertama kali digunakan Susno Duadji
Buaya : Personifikasi untuk menyatakan Institusi Polri, pertama kali digunakan Susno Duadji
Slimuran : Sesuatu yang disembunyikan (kata benda)
Carut marut : Kacau tak terkendali
Gali lobang tutup lobang: Istilah meminjam uang untuk membayar hutang.
0 comments:
Post a Comment