Hasil setelah karantina |
Terkabul posting saya sebelumnya.
Lolos karantina.
Proses karantina selama dua hari
selesai saya jalani dan ketika kalian yang mengikuti cerita saya bertanya “Kamu jadi salah satu delegasi di
kontingen Indonesia?” So sorry I have to say no.
Kalau gagal kok elu ceritain si Kar? Orang mah berbagi itu bagi kisah sukses, berbagi keberhasilan, lah elu cerita gagal dibagi @.@
Kalau gagal kok elu ceritain si Kar? Orang mah berbagi itu bagi kisah sukses, berbagi keberhasilan, lah elu cerita gagal dibagi @.@
Nih, ya!!! Kalo kalian
yang baca ada yang mikir begini, udah close
page aja deh. Pendek banget sih pola pikirnya. Ini kadang yang harus
diberantas. Bagi-bagi cerita sukses untuk dapet “waaw” dari orang lain udah
jadi tradisi, walaupun tidak bisa digeneralisir juga ya. Ada juga yang berbagi
memang dengan niat menginspirasi.
Sekarang gini, ngapain berkutat sama
kenegatifan pikir, itu capek, nyiksa, bikin hati dongkol, kepala pusing, nafsu
makan menurun, gairah hidup hilang, hipertensi kanker, komplikasi dan gangguan
kehamilan dan janin (@.@). Saya itu orang yang percaya apapun yang terjadi itu
ada hikmahnya. Mau kejadian gimana juga, cobalah gali sisi positif yang bisa
dibagi.
Kesuksesan yang tertunda ini bagi
saya tidak hanya sedangkal ambisi yang pupus dimakan selembar surat keputusan
kepala dinas namun jauh menjadi refleksi diri. Ada bebrapa hal yang saya dapet
dalam proses ini
1. Berdoa dan memohonlah dengan spesifik
Yah, pastinya dari postingan diatas kalian tahu kan doa saya “lolos
karantina dan ketemu pak Imam”. Tuhan mengabulkan doa saya, saya lolos
karantina. Lalu, tentang bertemu pak Imam, saya sudah pernah ketemu kok. Jadi
jika dalam proses ini saya berfikir doa saya tidak terkabul salah. Sebaliknya,
harusnya ketika itu saya berdoa yang lebih spesifik. Misalnya gini :
Ya
tuhan loloskan hamba dalam proses karantina seleksi daerah, ikut Pre Departure
Training, sehat hingga selesai dan menjadi delegasi Indonesia di PPAN 2015 ke
Kanada. Ketika nanti di Jakarta hamba berharap ingin bertemu pak Imam Gunawan,
menjabat tangan beliau dan mengucapkan salam. Di Kanada berkahi hamba dengan
kesehatan dan kekuatan hingga program selesai hingga hamba kembali ke Indonesia.
See, yang
pasti doa ini lebih spesifik dari doa sebelumnya dan katanya sih (ceritanya
males nyari sumber ilmiah) ketika permohonan itu spesifik maka vibrasi semesta
positif akan bertemu dan mendukung. So,
ketika kalian doa berdoalah se sesifik mungkin.
2. Manfaat ikut seleksi
Buang duit jauh-jauh Surabaya-Palembang, buang waktu eh
ujung-ujungnya juga ga dapet. Helloowww !!! orang macem ini perlu jadi
mahasiswanya om Martin Seligman supaya berfikirnya lebih positif. Saya bahagia
kok dalam proses ini, kenapa? Ini alasannya;
(1) Pulang kerumah, kalo ga gegara ikutan
tes beginian saya ga akan pulang yang artinya ketemu Ibuk, Adik dan Mas (FYI bagi
kami sekeluarga itu berada dalam satu waktu dan tempat yang sama itu jarang bin
langka, lebaran aja belom tentu).
(2) Komputer keinstall
gratis. Walopun di perantauan juga bisa sih tapi kan ga ada muatan silatuhrahmi
dengan sahabat kecil saya.
(3) Bisa ketemu Nina. Teman saya yang bersahabat paling lama
sepanjang hidup ini nikah, kalo ga gegara tes beginian keknya saya tidak ikut
datang mengucapkan selamat berbahagia.
(4) Makan Pempek, Nah ini salah satu blessing yang tiada
terkira. Hampir 2 tahun ga ada Pempek enak yang masuk mulut.
(5) Nonton Natgeo, Nah ini juga manfaat. Lihat singa-singa
lari, Ikan paus berenang-renang di flat screen gede sambil tidur-tiduran itu
mewah banget gaes. Ini adalah sesi listening
practice yang paling saya suka dan ga saya dapet kalo ga pulang kampung.
(6) Tidur di kolong meja. Ini juga prestisius. Entah kenapa
si semua sudut rumah ibuk itu adalah tempat yang nyaman buat tidur (Seriusan
ini) Kalo tidur di kamar apa di ruang tengah mah mainstream. Kalian tahu? Saya pernah tidur di Balkon, pernah tidur
di kamar mandi, pernah tidur di samping kolam ikan, pernah tidur di ruang tamu,
tapi dari semua sudut tidur anti-mainstream
di rumah ibuk yang jadi favorit itu kolong meja tengah. Meja tengah itu adalah
tempat egois sekaligus sosialis di rumah. Kenapa? Karena kami sekeluargaan
selalu mengadakan konferensi meja bundar di situ baik untuk becandaan maupun
saling diem-dieman. DI Meja tengah ini juga tempat mampir koran, deket dengan
sumber wifi, TV, kulkas, WC, sama halaman belakang. Pokoknya strategis banget
deh. Nah kenapa kolongnya menjadi special? Kerena saya bisa freestyle cekakakan
nonton Yutub tanpa buffering hanya di kolong meja. Tinggal pinjem sajadah ibuk
yang empuk (itu ukurannya pas banget jadi alas rebahan) colok kabel pasang head
set, sebelahnya cemilan dan ritual pun dimulai. Beuuuh ini nikmat surgawi lah.
(7) Melepas Kangen. Melepas kangen dengan Kulkas Ibuk (loh!)
iya… Kulkas bener kok. KULKAS, REFRIGEERATOR, LEMARI PENDINGIN. Kulkas ibuk ini adalah anggota keluarga ke 6
yang saya cintai. Si kulkas ibuk in adalah penyelamat dikala emergensi karena
Si Kul udah kek minimarket, apa aja ada. Saya bisa bikin Steak tengah malem, mau
minum panas dingin ada, mau buah ada, es krim ada, yogurt ada, the best lah
pokoknya. Selain kulkas, saya juga bisa menikmati daster Ibuk yang nyaman
banget, ketemu meja, kursi dan lampu belajar kesayangan dan para tambatan hati,
Mogujang, Moguju dan Mogupa (baca: Boneka-boneka monyet saya).
(8) Dapet temen dan grup Line baru. Nah ini juga penting.
Kalian bayangkan kalau kalian hidup sendiri ga terhubung dengan siapapun (kan
ngerik tu). Penambahan grup Line peserta seleksi ini berkah juga buat saya.
Orang grupnya rame terus dan ini satu-satunya grup berbahasa Palembang yang
saya punya. Jadi kalau pas kangen-kangen becandaan Palembang, just open
PPAN-KPN 2015 Line grup dan Palembang akan begitu dekat dengan saya.
Dari semua kebahagiaan itu apakah pantas saya berburuk sangka
dengan Tuhan. Tidaklah sulit bagi-Nya memperjalankan saya ke luar negeri, namun
ketika memang belum tiba saatnya apakah saya harus bersedih. No.. the show must
go on. Fall for seven, wake up for eight. Bukankah Tuhan selalu mengajarkan
umatnya untuk berbaik sangka kepada-Nya.
Saya tidak serta merta kehilangan kesempatan ke luar negeri
kali ini, namun probabilitanya lebih kecil sebab runner up kan cadangannya yang
utama. Kalau yang utama berhalangan baru deh saya berangkat (eh Ini bukan
ngedoain Faiza jelek ya). Misalpun Faiza fix berangkat yah berarti udah suratan
dia. Kejar aja yang lain, pasti ketemu deh kesempatan untuk mu.
So, gaes buat kamu-kamu peserta
PPAN-KPN 2015 di manapun yang masih menyimpan kecewa dan negatif kegagalan itu
coba diliat lagi deh selama proses seleksi bahagia apa yang kalian dapat,
cintai bahagia itu daripada berkutat dengan penyesalan dan kejengkelan. Sure, hati kalian akan lebih enteng. Selamat mencoba
0 comments:
Post a Comment